Refleksi diri..

Tuhan tidak menjanjikan hari-hari tanpa sakit Tertawa tanpa kesedihan Matahari tanpa hujan Tetapi dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu Kebahagian untuk air mata Dan terang dalam perjalanan. Selamat pagi... Selamat datang tamu yang mulia Semoga cahaya pagi ini bisa membuka harapan dan optimisme baru.

SURAT DARI MERAPI

Mahasiswa yang tubuhnya penuh debu itu akhirnya menemukan tempat ibunya di barak pengungsi di kaki Merapi. Tapi ibunya sejak pagi tadi sudah dibawa relawan ke rumah sakit lantaran sesak napas akibat menghisap terlalu banyak debu vulkanik. Dua adik perempuannya ikut serta menemani ibu. Matanya yang cemas melihat secarik kertas menyembul dari tas tua milik ibunya. Dengan tangan gemetar ia ambil dan membuka lipatannya. Tulisan ibu.. ia mengenali tulisan indah ibunya..

“Anakku.. kita sudah tak punya apa-apa lagi, nak. Semua sapi kita mati. Sawah kita yang hijau telah hangus berubah kelabu, hanya menyisakan timbunan debu. Ibu sudah tak dapat mengirim uang lagi untuk biaya kuliahmu. Seandainya bapakmu masih ada... ya Allah semoga almarhum telah damai di sisi-Mu..

Anakku.. yang ibu punya sekarang hanya doa. Doa yang selalu ada untuk putra-putri ibu. Katanya pemerintah akan mengganti ternak yang mati. Tapi ibu sudah tak berharap Sultan akan memenuhi janji. Ibu sudah berhenti berharap pada manusia. Ibu hanya ingin berharap pada Allah yang tak mungkin mengingkari janji-Nya. Berharap pada manusia sering membuat kita kecewa.

Harta benda kita memang sudah musnah. Tapi kita punya Tuhan. Kita punya janji-Nya yang pasti terpenuhi. Percayalah nak, Tuhan akan menurunkan kebaikan kepada orang-orang yang berusaha menjadi hamba-Nya yang baik. Kamu putra ibu yang kuat, bantulah sesama dengan tenagamu. Kamu putra ibu yang cerdas, bantulah sesama dengan kepintaranmu. Kalau kelak kamu mendapat anugerah rizki-Nya, ringankan hatimu untuk selalu bersedekah. Sayangi dirimu dengan menyayangi sesama...

Anakku, janganlah pernah melupakan Allah, agar Allah tak melupakanmu. Teruslah untuk mengingat Allah, baik di waktu senang maupun susah. Ucapkanlah nama-nama-Nya yang indah dengan hatimu untuk mengusir semua resah dan gelisah. Zikrullah itu nak, akan menenteramkan hatimu.. akan memekarkan setiap kuntum bunga di taman hatimu.

Anakku.. Merapi ini gunung kita, kampung kita. Merapi ini tumpah darahmu. Kelak kamu mungkin pergi jauh meninggalkan Merapi.. tapi merapi akan tetap menjadi kampung halamanmu. Udara pertama yang kamu hirup udara Merapi. Air pertama yang kamu minum air Merapi. Makanan pertama yang kamu makan tumbuh di Merapi. Tanah pertama yang kamu injak tanah Merapi. Sahabat pertama yang kamu kenal adalah orang Merapi. Kamu akan selalu merindukannya, sebab separo jiwamu ada di sini.. di merapi ini.

Jangan pernah marah pada Merapi, anakku, sebab gunung ini tak bersalah. Gunung Merapi tak pernah marah. Gunung ini bergerak, terus bergerak sembari bertasbih untuk memenuhi takdirnya menjaga keseimbangan bumi. Gunung adalah pasak yang mengutuhkan bumi kita.

Tetaplah menyayangi gunung kita, Merapi kita.. dengan tidak mencederai hutannya, bebatuannya, airnya. Tetaplah tersenyum pada Merapi kita agar Merapi juga tersenyum untuk kita. Merapi akan selalu menyimpan anugerah Tuhan untuk orang-orang yang hidup bersamanya. Teruslah berusaha untuk memahami gunung kita, sebab kitalah yang harus menyesuaikan diri untuk hidup bersamanya. Jangan pernah memaksa gunung untuk menyesuaikan dirinya pada kita..

Anakku.. kamu putra ibu.. dan akan selalu menjadi putra ibu…”.

Usai membaca kalimat terakhir yang ditulis ibunya, anak muda itu tak dapat lagi menahan gejolak hatinya. Sekujur tubuhnya bergetar, dadanya gemuruh, lalu tangisnya meledak dengan tubuh luruh bersimpuh. Air matanya meleleh bercampur debu.

“Subhanallah.. iya ibu, saya putra ibu.. selamanya tetap menjadi putra ibu. Ibu adalah mata airku.. selamanya menjadi mata air untuk putramu ibu...” (banda bening)


Salam,

Tlah ku sadari..

Apakabar blogqu.. apa kabar kawanqu..Apa kabar hatiku.. apa kabar jiwaku..
dan apa kabar ibadah ku..
semoga untuk kedepan aq akan rutin memperhatikan kalian, tidak sekedar kata, tapi diiringi tekad..
Tlah kusadari betapa sombong diri ini yang merasa bisa berencana akan masa depanqu..
betapa angkuh diri ini yang lupa memohon kemudahan dariNya..
apakah aq bagian dari manusia yang Engkau sebut lalai ya Rabb?
apakah aq manusia yang Engkau sebut sombong ya Rabb??
Ampunilah aq, maafkan lah diri yang lemah dan hina ini..
Bimbinglah aq, dan pegang eratlah aq jangn prnah Engkau lepaskan aq kembali..
Tlah ku sadari betapa lemah diri ini tanpa petunjukMu..
Betapa rapuh diri ini tanpa tuntunanMu..
Istiqomahkanlah aq di JalanMu..
karena ku yakin Engkau tidak akan pernah menyianyiakan hambaMu yang bersungguh-sungguh

Dalam suatu riwayat ‘Ali bin Abi Thalib ra. menerangkan, pada suatu hari ada seorang lelaki menghadap Rasulullaah, seraya berkata, “Ya Rasulullaah, sungguh aku telah melakukan perbuatan maksiat. Aku minta kepadamu agar berkenan memohonkan ampunan kepada Allaah.”

Rasulullaah Saw. balik bertanya, “Apakah maksiat yang telah engkau lakukan?”

Si lelaki menjawab. ‘Ya Rasulullaah, aku sangat malu untuk mengatakannya padamu.’

Rasulullaah Saw. kembali bertanya, “Mengapa engkau malu untuk mengatakannya kepadaku tentang maksiat yang engkau lakukan, sementara engkau tidak merasa malu kepada Allaah ketika melakukannya. Padahal Allaah Maha Mengetahui atas segala sesuatu?”

Mendengan sindiran Rosulullaah lalu lelaki itu keluar dan pergi. Dia menangis. Hatinya diliputi perasaan sedih, putus asa dan tidak ada tempat bergantung lagi untuk menyelesaikan masalah. Tiba-tiba malaikat Jibril datang kepada Rasulullaah, seraya berkata, “Hai Muhammad, mengapa engkau membuat seseorang yang berdosa berputus asa. Padahal dia memiliki amal yang dapat menghapus dosa, sekalipun maksiat yang dilakukannya sangat berat.”

Rasulullaah Saw. kemudian bertanya kepada malaikat Jibril, “Hai Jibril, seperti apakah amal yang dapat menghapus dosa?”

Jibril menjawab, “Dia memiliki anak yang masih kecil. Setiap kali dia pulang ke rumah, langsung menemui anaknya dan memberikan sesuatu kepadanya, hingga anak itu merasa gembira. Yang demikian itu adalah penebus dosa yang mahal harganya.”

Membahagiakan anak adalah tabir neraka, dan menjadi tebusan dosa. karena itu perhatian terhadap keluarga harus selalu kita utamakan. Bila tidak, boleh jadi keluarga kita akan menjadi sumber fitnah.

Dan dalam Al-Qur’an Surah al-Anfal ayat 28, Allaah Swt. telah berfirman yang artinya:

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Oleh karena itu kemudian Rosulullaah Saw. berpesan:

“Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rizki.” [HR. Ath-Thahawi]

“Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturahiim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rizkinya, ditambah umurnya, dan Allaah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya.” [HR. ar-Robii]

Semua amal anak Adam dapat dicampuri hawa nafsu kecuali Shaum (puasa). Maka sesunguhnya shaum itu untuk-KU dan AKU (Allah SWT) sendiri yang akan membalas (H.R Bukhari Muslim).

Pernahkah kamu melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah kamu kalau masa hidup seekor ulat bulu ini ternyata tidak lama. Pada saat nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud yang lain: ia menjelma menjadi seekor kupu – kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu – kupu dengan sayap yang beraneka hiasan insah alami? Semua proses itu memperlihatkan ke-MahaBesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudah bagi Allah Azza wa Jalla untuk mengubah sesuatu dari hal yang menjijikkan buruk dan tidak disukai menjadi sesuatu yang indah dan dapat membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah di atur dan aturan pun ditentukan oleh Allah baik dalam bentuk aturan atau hukum alam maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakni Al-Qur’an dan Al-HAdits.

Jika proses metamorfosa ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah dan momen yang tepat untuk terlahir kembali adalah ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam “Kepompong” Ramadhan lalu segala aktifitas kita cocok dengan “metamorfosa” dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan; yakni manusia yang berderajat muttaqin yang memiliki akhlaq yang indah dan mempesona. Inti dari ibadah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman : “Dan adapun orang – orang yang takut kepada kebesaran Tuhan dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tinggalnya.” Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai oleh Allah. Siapakah pelatih itu? dialah Syaithan laknatullah yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syaithan, apalagi seperti halnya hawa nafsu, setanpun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni keduanya sama – sama tidak terlihat.

Akan tetapi kita patut bersyukur karena pada bulan suci Ramadhan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. kesempatan seperti ini tidak boleh disia – siakan. Ibadah shaum/puasa kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja, akan tetapi juga semua anggota badan kita agar mau melaksanakan amalan ibadah yang disukai oleh Allah SWT. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dilepas kembali mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-NYA.

Pada bulan Ramadhan ini kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu – tamu dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlaq sebagai tamu-NYA. Salah satu yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka, tetapi juaga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum. Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-NYA sehingga setelah “kepompong” Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang kelluar menjadi seekor kupu – kupu yang teramat indah dan mempesona…aamiin. (Tausiyah Manajemen Qolbu Aa Gym)

“Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di Bulan Ramadhan, tentu mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan ramadhan”
(HR. Ibnu Huzaimah)
“Tiada seorang yang shaum sehari saja karena Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejarak tujuh puluh tahun”.
(HR Bukhari - Muslim)
“Barang siapa shaum karena iman dan mengharap pahala, maka diampuniDosanya yang lalu” (HR Bukhari-Muslim)



Aminah Assilmi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tak banyak orang yang mengenal Aminah Assilmi. Ia adalah Presiden Internasional Union of Muslim Women yang telah meninggal dunia pada 6 Maret 2010, dalam sebuah kecelakaan mobil di Newport, Tennesse, Amerika Serikat.

Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Perjalanan yang patut dikenang. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia adalah seorang gadis jemaat Southern Baptist–aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran.

Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Kristen dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan.

Tahun 1975 untuk pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak bisa dibatalkan, karena sudah terlambat. Membatalkan kelas juga bukan pilihan, karena sebagai penerima beasiswa nilai F berarti bahaya.

Lantas, suaminya menyarankan agar Aminah menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, karena kelas dipenuhi dengan anak-anak Arab dan ‘para penunggang unta’. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi. Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ''Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!'' ujarnya kala itu.

Suaminya coba menenangkannya dan mengatakan mungkin Tuhan punya suatu rencana dibalik kejadian itu. Selama dua hari Aminah mengurung diri untuk berpikir, hingga akhirnya ia berkesimpulan mungkin itu adalah petunjuk dari Tuhan, agar ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen. Jadilah ia memiliki misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan ajaran Kristen dengan teman-teman Arab-nya.

''Saya memulai dengan mengatakan bahwa mereka akan dibakar di neraka jika tidak menerima Yesus sebagai penyelamat. Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan betapa Yesus mencintai dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.''

Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi. Ia pun melakukan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran hingga tamat.

Namun secara tidak sadar, ia perlahan berubah menjadi seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ''Saya berubah, sedikit, tapi cukup membuat dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke bar tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.''

Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, karena bagi pria itulah yang membuat seorang wanita berubah. Puncaknya, ia diminta untuk meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Kristen yang taat.

Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan, ''Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.''

Perjalanan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, seperti halnya mualaf lain, bukanlah perkara yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya. Ia kehilangan hampir seluruh temannya, karena dianggap tidak menyenangkan lagi. Ibunya tidak bisa menerima dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam. Saudara perempuannya yang ahli jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya.

Tak lama kemudian ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya.
Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, teman dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, kini perceraian di depan mata. Di pengadilan ia harus membuat keputusan pahit dalam hidupnya; melepaskan Islam dan tidak akan kehilangan hak asuh atas anaknya atau tetap memegang Islam dan harus meninggalkan anak-anak. ''Itu adalah 20 menit yang paling menyakitkan dalam hidup saya,'' kenangnya.

Bertambah pedih karena dokter telah memvonisnya tidak akan lagi bisa memiliki anak akibat komplikasi yang dideritanya. ''Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada tempat yang lebih aman bagi anak-anak saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan tidak mungkin bagi saya menunjukkan kepada mereka betapa menakjubkannya berada dekat dengan Allah.'' Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya.

Namun, Allah Maha Pengasih. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga membuat banyak orang tersentuh dan perilaku Islami-nya. Dia telah berubah menjadi orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, teman dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya.

Dalam berbagai kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya. Beberapa waktu kemudian ia pun menuai benih yang ditanam. Orang pertama yang menerima Islam adalah neneknya yang berusia lebih dari 100 tahun. Tak lama setelah masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia.

''Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak setelah memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu membuat saya dipenuhi suka cita!''

Selanjutnya yang menerima Islam adalah orang yang dulu ingin membunuhnya, ayah. Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pada kisah Umar bin Khattab. Dua tahun setelah Aminah memeluk Islam, ibunya menelepon dan sangat menghargai keyakinannya yang baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap memeluknya.

Beberapa tahun kemudian ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang jika ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. ''Kalau itu semua orang bodoh juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?'' tanya ibunya lagi.

Dikatakan oleh Aminah, bahwa jika ibunya sudah percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ''OK, baiklah. Tapi jangan bilang-bilang ayahmu dulu,'' pesan ibunya. Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dengan demikian mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bahwa pasangannya telah memeluk Islam.

Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, akhirnya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi muslim.

Enam belas tahun setelah perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama enam belas tahun ia mengamati Aminah dan ingin agar putri mereka memeluk agama yang sama seperti ibunya. Pria itu datang menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia adalah pria yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya sejak dulu.

Mungkin hadiah terbesar baginya adalah apa yang ia terima selanjutnya. Aminah menikah dengan orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tidak bisa punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yang rupawan. Jika Allah berkehendak memberikan rahmat kepada seseorang, maka siapa yang bisa mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah.

Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, kini menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk membuat perangko Idul Fitri dan berjuang agar hari raya itu menjadi hari libur nasional AS. Pengorbanan yang yang dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. ''Kita semua pasti mati. Saya yakin bahwa kepedihan yang saya alami mengandung berkah.''

Aminah Assilmi kini telah tiada meninggalkan semua yang dikasihinya. Termasuk putranya yang dirawat di rumah sakit, akibat kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari New York untuk mengabarkan pesan tentang Islam.

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.

Ramadhan tinggal menunggu hari…

Setiap muslim pasti merasa bahagia ketika menyambutnya, karena Ramadhan adalah bulan yang mulia, bulan sabar, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan taubat, bulan lailatul qodar dan bulan pembebasan dari api neraka. Rasulullah Saw bersabda, ketika beliau memberi kabar para sahabatnya tentang datangnya bulan Ramadhan: "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan, seluruh setan dibelenggu dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu surga dibuka, hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam, datang seorang yang menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah, wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah-lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka" (HR.Tirmidzi).

Ramadhan juga bulan taqwa. Didalamnya, hamba Allah Swt yang beriman diberi ujian olehNya. Barangsiapa lulus dari ujianNya, maka ia akan meraih derajat taqwa (QS.Al-Baqarah:183). Untuk itulah,, seorang muslim hendaknya mampu mengisi kemuliaan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Agar Ramadhan menjadi lebih bermakna; dan nikmatnya ibadah di bulan penuh keberkahan semakin terasa, serta merasakan lezatnya iman sebagai buah dari ketaatan. Sehingga di akhir Ramadhan, derajat taqwa didapatkan.

Berikut adalah beberapa kiat agar Ramadhan kali ini menjadi lebih bermakna.

Pertama, tarhib atau menyambut Ramadhan. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan adalah :

  1. Lebih menggiatkan ibadah sebelum datang bulan Ramadhan. Yaitu dengan mendorong diri dan keluarga untuk memaksimalkan aktivitas yang wajib.
  2. Bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata "Rasulullah Saw bersumpah, tidak ada bulan yang paling baik bagi orang beriman kecuali bulan Ramadhan, dan tidak ada bulan yang paling buruk bagi orang munafik kecuali bulan Ramadhan, dikarenakan pada bulan itu orang beriman telah menyiapkan diri untuk berkonsentrasi dalam beribadah, sebaliknya orang munafik sudah bersiap diri untuk menggoda dan melalaikan orang beriman dari beribadah" (HR. Imam Ahmad).
  3. Mempersiapkan segala sesuatu hal untuk kelancaran dan kekhusyuan ibadah Ramadhan.
  4. Saling memaafkan antara anggota keluarga, juga kerabat, tetangga dan teman. Hal ini merupakan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Agar saat memasuki Ramadhan, dosa kita dengan sesama manusia sudah terhapus. Sehingga pada bulan Ramadhan, kita tinggal menyelesaikan dosa kita kepada Allah Swt. Harapannya, ketika Ramadhan berakhir dan tiba hari raya Idul Fitri, kita benar-benar berada dalam keadaan suci kembali. Insya Allah.

Kedua, Ihya atau menghidupkan Ramadhan dengan berbagai aktivitas yang dapat mendekatkan diri dan keluarga kepada Allah.

Ketiga, ba’da Ramadhan, yakni menindaklanjuti aktivitas Ramadhan sehingga Ramadhan tidak berakhir begitu saja tanpa sesuatu yang berarti. Aktivitas yang bisa dilakukan selepas Ramadhan, antara lain adalah:

  1. Menjaga kebersamaan antar anggota keluarga, dengan cara menghidupkan suasana fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan), membiasakan saling menasehati dalam kebenaran, bekerjasama dan saling tolong menolong dalam beramal shalih.
  2. Membiasakan shalat berjamaah di masjid, khususnya untuk anggota keluarga laki-laki. Dengan hal ini, maka hati akan selalu terpaut ke masjid.
  3. Membiasakan shaum sunnah. Baik itu shaum sunnah senin-kamis, shaum selang sehari (shaum Daud), shaum 3 hari di pertengahan bulan hijriyah, dan lain-lain.
  4. Membiasakan shalat malam.
  5. Membiasakan bershodaqoh.
  6. Senantiasa berinteraksi dengan al-Quran, yaitu dengan lebih giat membaca, menghapal, memahami, mengamalkan dan mendakwahkannya.
  7. Membiasakan silaturahmi.
  8. Melanjutkan semangat syiar Ramadhan dengan berdakwah lebih gencar, untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin, dengan tegaknya syari’ah dan khilafah.

Demikianlah, beberapa kiat yang dapat dilakukan, agar Ramadhan menjadi lebih bermakna untuk diri dan keluarga. Wallâhu a’lam



by : Yuli Kusumadewi Darmadi

(Penulis adalah ibu rumah tangga dan pengajar tahfidz, bertempat tinggal di Bogor)

It's me..!!!

Foto saya
No one's perfect, but every one can be better..!!!

Time






My Slide show

Hijri Calendar Converter






My Music








Thx 4 visiting..!!


By degree portal.


My Messenger







Leave U'r Shout here!!


ShoutMix chat widget


Category

Maps

Find me @ FB

Followers