Tanggal 20 Mei, lazim diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Harkitnas tahun ini lebih istimewa karena genap berumur 100 tahun. Namun apakah angka yang terbilang umur dua generasi itu telah membawa perubahan berarti bagi bangsa ini di segala bidang? Sebab, bagi suatu bangsa jika sekarang lebih baik dari sebelumnya, berarti bangsa itu adalah bangsa yang maju.

Namun fakta yang terlihat adalah pada saat sebagian kecil anak bangsa ini memperingati 100 thn harkitnas, sebagian besarnya bergulat melawan kehidupan yang kian mencekik. Mereka tidak peduli dengan kata HARKITNAS karena kata itu bukan mantera yang dapat memperbaiki nasib mereka. Mereka tidak butuh upacara-upacara yang tidak mengangkat nasib mereka ke dalam kehidupan yang layak. Yang mereka butuhkan adalah kepekaan para penerima amanah, lapangan pekerjaan dan perbaikan kehidupan. Jika masih demikian, benarkah kita sudah bangkit? Sudah lebih baikkah kita?

Dikatakan majukah ketika angka kemiskinan dan penganguran semakin meningkat? Lantas apa yang dilakukan pemerintah saat ini? Tentu jawabannya sedang memikirkan nasib bangsa, tapi benarkah hal itu? Disebut berpikirkah ketika anggota perlemen yang katanya berpendidikan, tapi tidak bisa membedakan mana saat untuk tidur dan mana saat untuk rapat? Untuk memikirkan nasib bangsa katanya? Benarkah demikian?

Akan dibawa kemana bangsa ini, ketika pemimpin-pemimpin dengan sikap seperti itu masih saja dielu-elukan, masih saja dipercaya memimpin bangsa yang sudah carut marut ini. Bukankah sudah saatnya kita mencari pemimpin yang benar-benar berjiwa pemimpin?Pemimpin yang bisa bertanggung jawab akan kehidupan kita baik didunia maupun diakhirat..?

Ingatlah selalu firman Allah SWT berikut ini:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya. Dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”(Al-Ra’du:11)